Kamis, 17 April 2008

My Biodata

Nama : Udawiyah

Alamat : Purwakarta

Sekolah : MAN Purwakarta

Hobby : Menggambar,dll.

Penjelasan Aqad

Secara etimologi akad berarti ikatan, sambungan ,dan janji.

Ikatan berarti,ikatan antara ujung sesuatu (dua perkara), baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara abstrak, dari satu atau dua sisi. Atau juga mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain, sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi satu benda.

Sambungan berarti, sambungan yang memegang kedua tepi itu dan mengikatnya.

Janji, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Maidah (5):

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janjimu”

Pengertian Akad secara Terminologi

Menurut terminologi, akad dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara umum dan khusus.

Pengertian umum, pegertian akad dalam arti luas hampir sama dengan pengertian akad dari segi bahasa. Menurut pendapat Ulama Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah, Akad adalah segala sesuatu yang dikerjakan seseorang berdasarkan keinginan sendiri, seperti wakaf, talaq, pembebasan atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, sewa menyewa, perwakilan dan gadai.

Pengertian khusus, pengertian akad secara khusus adalah perikatan (yang ditetapkan dengan) ijab dan qabul berdasarkan ketentuan syara yang dapat berdampak mengenai objeknya. Contoh, ijab adalah pernyataan seseorang penjual, “saya telah menjual barang ini kepadamu” atau sejenisnya. Contoh qabul, “saya beli barangmu” atau sejenisnya. Dengan demikian, ijab qabul adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk menunjukan suatu keridhoan dalam beraqad diantara dua orang atau lebih. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud aqad adalah suatu yang sengaja dilakukan oleh kedua belah pihak berdasarkan persetujuan masing-masing.

Rukun-rukun Aqad

Mengenai rukun aqad terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun aqad adalah “ijab dan qabul”. Sedangkan ulama lain berpendapat bahwa aqad memiliki tiga rukun, yaitu:

Aqid (orang yang beraqad)

Mauqud alaih(sesuatu yang diaqadkan)

Shigat aqad (ijab dan qabul)

Unsur-unsur aqad

Unsur aqad adalah sesuatu yang merupakan pembentukan adanya aqad, yaitu:

Shigat aqad yaitu sesuatu yang disandarkan dari dua belah pihak yang beraqad yang menunjukan atas apa yang ada dihati kedunya tentang terjadinya suatu aqad. Hal ini dapat diketahui dengan ucapan, perbuatan, isyarat dan tulisan. Metode shigat atau ijab qabul dalam beraqad dapat dilakukan dengan beberapa cara:

Aqad dengan lafad (ucapan). Akad dengan lafad yang dipakai untuk ijab dan qabul harus jelas pengertiannya, harus bersesuaian antara ijab dan qabul, dan shigat ijab dan qabul harus sungguh-sungguh atau tidak diucapkan secara ragu-ragu. Karenanya, apabila shigat aqad tidak menunjukan kesungguhan aqad, maka menjadi tidak sah.

akad dengan tulisan, dibolehkan aqad dengan tulisan baik bagi mereka yang mampu berbicara maupun tidak, dengan syarat tulisan tersebut harus jelas, tampak, dan dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Sebab tulisan sebagaimana dalam kaidah fiqhiyah, “tulisan bagaikan ucapan”.

Aqad dengan perbuatan, dalam aqad terkadang tidak digunakan ucapan, tapi cukup dengan perbuatan yang menunjukan saling meridhoi.

Syarat-syarat Akad

XII.IPA.2Ada beberapa syarat yang harus terdapat dalam aqad, namun dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

*Syarat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya dalam segala macam aqad.

*Syarat khusus, yaitu syarat-syarat yang disyaratkan wujudnya dalam sebagian aqad, tidak dalam sebagian yang lain. Syarat-syarat ini biasa juga disebut syarat tambahan (syarat idhafiyah) yang harus ada disamping syarat-syarat umum,seperti adanya saksi,untuk terjadinya nikah,tidak boleh adanya ta’liq dalam aqad muwadha dan aqad tamlik, seperti jual beli dan hibah. Sedangkan syarat-syarat yang harus terdapat dalam segala macam aqad adalah:

*Ahliyatul ‘aqidaini (kedua pihak yang melakukan aqad cakap bertidak atau ahli)

*Qabiliyatul mahallil aqdi li hukmihi (yang dijadikan objek aqad dapat menerima hukuman )

*Al-wilyatus syar’iyah fi maudhu’il aqdi (aqad itu diizinkan oleh syara dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya).

*Alla yakunal’aqdu au madhu’uhu mamnu’an binashshin syar’iyin(janganlah aqad itu yang dilarang syara)

Akad yang tidak harus dipenuhi

Aqad-aqad yang tidak harus dipenuhi oleh kedua belah pihak yaitu:

*‘ida(penitipan). Muwaddhi (yang menyimpan barang ) maupun wadi’ (memelihara barang ) berhak membatalkan aqad ‘ida secara sepihak.

*I’arah,yaitu mendapat manfaat dari barang yang dipinjam secara Cuma-Cuma. Musta’ir (orang yang meminjam )boleh tidak jadi mengambil manfaat dari barang yang dipinjam atau mengembalikan kepada mu’ir (yang meminjamkan )dan mu’ir boleh meminta kembali kapan saja dia mau.

*Syirkah dan mudharabah, atau perkongsian antara dua pihak dengan ketentuan bahwa modal ditanggung salah seorang,dan usaha dilakukan seorang lagi. Maka masing-masing pihak dapat membatalkan aqadnya dan meminta perhitungan.

Aqad yang asal hukumnya tidak lazim menjadi lazim

Aqad yang asal hukumnya tidak lazim(luzum),tetapi bisa lazim dalam sebagian keadaan antara lain:

*Wakalah,

*Tahkim

*Washiyat

*Alqdu ijarah

*‘aqad muzaraah’

Pembatalan dalam aqad-aqad yang ghaira lazimah ini tidak memiliki daya surut. Maka pencabutan kuasa tidak merusak apa yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kembali hibah tidaklah mengharuskan si mauhub ‘alih menyerahkan hasil-hasil yang diperoleh dari hadiah tersebut. Dalam tataran operasional aqad-aqad syari’ah tersebut memiliki standar-standar istilah yang dideduksikan dari Al-quran dan Assunah, yakni:

*Bai al-murabahah

*Bai al-salam

*Bai al-istishna.

*Al-ijarah

*Al-musyarakah.

*Al-kafalah.

*Al-wakalah.

*Hiwalah

*Daman

*Rahn.

Macam-macam AKad

Diantara macam-macam aqad adalah:

1. Dilihat dari segi ditetapkan atau tidaknya oleh syara:

*Aqad musamma, adalah aqad yang telah ditetapkan oleh syara dan diberi hokum-hukumnya, seperti jual beli, hibah, ijarah, syirkah dan lain-lain.

*Aqad ghaira musawwa, adalah aqad yang belum ditetapkan istilah, hokum dan namanya oleh syara.

2. Dilihat dari segi disyariatkan atau tidaknya:

*Aqad musyaraah, aqad yang dibenarkan oleh syara seperti jual beli, hibah, gadai, dan lain-lai.

*aqad mamnuah, aqad yang dilarang oleh syara seperti menjual anak binatang yang masih dalam kandungan.

3. Dilihat dari segi sah atau tidaknya aqad:

*Aqad shahihah, aqad yang cukup syarat-syaratnya. Misalnya, menjual sesuatu dengan harga sekian jika kontan dan sekian jika hutang.

*Aqad fasidah, aqad yang cacat misalnya menjual sesuatu dengan harga yang ditentukan tapi pembayarannya ditangguhkan.

4. Dilihat dari segi sifat bendanya:

*Aqad ainiyah, aqad lengkap dengan barangnya.

*Aqad ghaira ainiyah,aqad tanpa disertakan barang.

5. Dilihat dari bentuk atau cara melakukannya:

*Dilaksanakan dengan upacara tertentu, yaitu ada saksi seperti pernikahan.

*Aqad ridhaiyah, tidak memerlukan upacara.

6. Dilihat dari tukar menukar hak:

*Aqad mu’awadah, aqad berlaku atas timbal balik, seperti jual beli.

*Aqad tabarrut aqud, berdasarkan pemberian seperti hibah.

7. Dilihat dari segi tujuan aqad:

*Yang tujuannya tamlik, seperti Ba’I mudarabah.

*Yang tujuannya mongokohkan saja, seperti rahn dan kafalah.

*Yang tujuannya menyerahkan kekuasaan, seperti wakalah,washayah.

*Yang tujuannya pemeliharaan, yaitu aqdul’ida.

Hikmah Akad

Hikmah aqad antara lain:

Terwujudnya ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih dalam bertransaksi atau memiliki sesuatu.

Tidak sembarangan dalam membatalkan ikatan perjanjian karena diatur oleh syar’i.